Hari ini adalah hasil dari rencana kemarin, masa depan adalah rencana hari ini. Tak ada cerita masa lalu tanpa ada sejarah. Tak ada sejarah jika tak ada yang mencatat dan memberi hikmah bagi generasi yang akan datang.

Mimpi itu

Dulu, kalau nggak salah tahun 2009, ibu saya tanpa sengaja pernah bercerita tentang keinginannya untuk berumrah di bulan Ramadhan. Sebut saja, angan-angan. Tahu sendiri kan, umrah Ramadhan dua kali lipat lebih mahal daripada umrah biasa.

Saat itu saya nggak punya uang. Tapi alhamdulillah, saya masih punya keyakinan. Langsung saja saya sambar, "Insya Allah berangkat, Bu. Umrah Ramadhan." Ternyata, beneran. Dengan izin Allah, tahu-tahu uangnya ada dan ibu saya bisa berangkat. Surprise-nya lagi, saya pun ikut berangkat.

Jadilah kami berdua umrah Ramadhan. Benar-benar surprise. Setiba di airport, menjelang boarding ke Jeddah, saya cek rekening saya di ATM. Anda tahu, berapa uang saya yang tersisa? Tak sampai Rp100ribu. Beneran, tak sampai Rp100ribu. Tapi, saya nggak nyesel. Bersyukur malah, "Alhamdulillah, bisa berumrah. Ramadhan lagi."

Itulah umrah pertama saya, tahun 2009. Alhamdulillah sepulangnya, saya mengalami percepatan demi percepatan. Sebagian dari Anda mungkin tahu apa saja yang Allah titipkan kepada saya mulai tahun 2010 sampai sekarang. Kapan-kapan kita akan bercerita soal keajaiban Multazam.

Dulu, saya pernah menunjukkan peta dunia di hadapan ibu saya (dari sebuah majalah). Saya bilang ke ibu saya, "Ibu tunjuk saja, mau ke negara mana. Insya Allah kita ke sana." Apakah saat itu saya punya uang? Siapa bilang? Yang ada cuma keyakinan. Tapi, jangan salah, yakin sama Allah, itu saja sudah lebih dari cukup. Ini iman namanya, bukan takabur.

Kebanyakan orang, ada uang, baru yakin. Nggak ada uang, nggak yakin. Harusnya? Ada uang atau nggak ada uang, yah tetap yakin. Justru kalau yakin, uangnya akan dimudahkan untuk ada. Ini serius, nggak mengada-ngada.

Benar saja, akhirnya saya bisa mengajak ibu saya dan mertua saya bertandang ke berbagai belahan dunia. Mulai dari Brunei, Mesir, Arab Saudi, Turki, Jepang, sampai Raja Ampat. Pernah juga mereka jalan-jalan tanpa saya ke Tiongkok, Palestina, dan Jordan.

Hari ini saya bersama ibu dan mertua di Hongkong. Kalau nggak salah, ini kali ke-8 saya ke HK. Bagi mereka, kali ke-3. Kalau lagi cekak, ya sudah, kami jalannya yang dekat-dekat saja, yang murah-murah saja. Toh, yang paling utama adalah jalan bareng siapa, bukan jalan ke mana. Right?

Apa nggak boros, jalan-jalan seperti itu? Kalau jalan-jalan sendiri, yah boros. Kalau bareng orangtua, nggak boros. Insya Allah ini bagian dari berbakti. Tahu sendiri kan, berbakti malah mengundang rezeki. Tak perlu diragukan lagi, itu pasti.

Ada juga yang nyeletuk, "Jalan bareng orangtua terus, kasihan istrinya nggak diajak." Hehe, masing-masing ada waktunya. Setahun menikah, alhamdulillah saya dan istri bisa berumrah. Tiga tahun menikah, alhamdulillah kami bisa berhaji. Sempat juga kami ke Amerika, Australia, dan Jepang.

Semoga teman-teman semua juga dimampukan untuk mengajak keluarganya jalan-jalan. Yang dekat, boleh. Yang jauh, juga boleh. Niatnya ingin menyenangkan keluarga karena Allah. Semoga dimudahkan ya. Aamiin. Sekian dari saya, Ippho Santosa.

Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jadwal Sholat

Popular Posts

Label

Arsip Blog

Recent Posts

Pages

Blog Archive

Categories