Hari ini adalah hasil dari rencana kemarin, masa depan adalah rencana hari ini. Tak ada cerita masa lalu tanpa ada sejarah. Tak ada sejarah jika tak ada yang mencatat dan memberi hikmah bagi generasi yang akan datang.

πŸ“ Kesungguhan Menghadapi Ramadhan

πŸ“† Ahad, 01 Sya'ban 1437H / 8 Mei 2016

πŸ“š MOTIVASI

πŸ“ Pemateri: Ust. Umar Hidayat M. Ag.

πŸ“ Kesungguhan Menghadapi Ramadhan

πŸŒΏπŸŒΊπŸ‚πŸ€πŸŒΌπŸ„πŸŒ·πŸ

🌷Kesungguhan yang menghantarkan kesuksesan dinyatakan benar bila memenuhi pra syaratnya, yakni:

πŸ“šPertama, Al Fauriyah littanfidz (merespon dengan segera).

Kemampuan merespon masalah dengan cepat sebagai indikasi kesungguhan.

Ia tidak akan pernah main-main dalam menghadapi sebuah permasalahan.

Sebagaimana yang dilakukan oleh generasi terdahulu yang amat cepat memenuhi seruan yang ditujukan kepadanya.

Firman Allah SWT:
Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nya lah kamu akan dikumpulkan. (Al Anfal: 24)

Seperti situasi diwajibkan nya mengenakan busana muslimah, mereka segera menutupi tubuhnya dengan kain besar tanpa harus menunggu waktu yang tepat bagi diri mereka. Pagi hari mereka mendengar langsung bahwa Rasulullah SAW. mendapatkan wahyu yang memerintahkan hal tersebut maka saat itu juga mereka sikapi wahyu itu dengan ketaatan dan kesungguhan.

Demikian pula kasus dilarangnya minuman keras dan transaksi riba. Mereka pun dengan cepat mengambil sikap atas persoalan tersebut.

πŸ“šKedua, Quwatul Iradah (kemahuan yang kuat).

Orang yang sungguh-sungguh memiliki kemauan yang kuat. Kuatnya sebuah kemauan tidak akan pernah surut selangkah pun dalam menghadapi rintangan. Ia bagaikan benteng kukuh yang berdiri tegar menghadapi serbuan dan terjangan.

Mundur bagi seorang yang kuat kemauannya adalah kekalahan. Karena itu ia tidak akan lari dari risiko-risiko perjuangan. Dalam dirinya yang ada adalah bagaimana mendapatkan kemenangan.

Tidak seperti orang-orang yang lemah kemauan. Mereka akan gentar dengan aral yang melintang. Nyalinya bertambah ciut dan gentar tatkala harus melewati rintangan. 

Sebagaimana dalam Firman-Nya:
Kalau yang kamu serukan kepada mereka itu
keuntungan yang mudah diperoleh dan perjalanan yang tidak berapa jauh, pastilah mereka mengikutimu, tetapi tempat yang dituju itu amat jauh terasa oleh mereka. Mereka akan bersumpah dengan (nama) Allah.

Jika kami sanggup tentulah kami berangkat bersama-samamu. Mereka membinasakan diri mereka sendiri dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang yang berdusta. (At-Taubah: 42)

Perhatikanlah kisah perang Dzatur Riqa yang dipaparkan oleh Abu Musa Al Asyari RA. yang termasuk salah seorang prajurit perang tersebut.

Dalam perjalanan panjang yang mereka tempuh itu para sahabat tidak berkeluh kesah walaupun kaki mereka pecah-pecah.

Kaki mereka yang luka akibat perjalanan panjang. Mereka mengikatnya dengan kain-kain. Sehingga perang itu disebut Dzatur Riqa.

Mereka mengalami kondisi yang berat namun mereka tidak lemah untuk menghadapinya. Bahkan menceritakannya saja mereka malu-malu.

Sebab itu akan menampakkan tanda keengganan dalam menggalas tugas berat.

πŸ“šKetiga, Mutsabarah (Tabah dan istiqamah).

Kesungguhan juga dapat dinilai dari kesinambungan nya melakukan sesuatu.

Mereka yang sungguh-sungguh akan bersegera untuk mengerjakannya dengan tekun. Ia tidak cepat lelah apalagi malas. Karena semua sifat itu akan menghambat kerja-kerja besar yang sedang ia lakoni.

Bahkan Allah SWT telah menyuruh untuk menyegerakan kembali beramal sesudah selesai menuntaskan sebuah pekerjaan.

Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.(Al-Insyirah: 7)

πŸ“šKeempat, Taskhirul Amkinah (mengerahkan potensi secara maksimal).

Orang yang bersungguh-sungguh tentu akan mengerahkan seluruh potensinya secara optimal. Karena langkah inilah yang akan memberikan jalan keluar terhadap permasalahan yang sedang ia hadapi.

Bagi perindu surga akan mengerahkan seluruh potensinya sampai pada kondisi titik penghabisan. Hal ini bahkan menjadi keharusan dalam beramal Islami, termasuk menjalani puasa Ramadhan nanti.

Para sahabat dalam mengerahkan potensinya amat besar hingga yang mereka miliki tinggal yang ada pada dirinya. Bahkan yang mereka sisakan hanya Allah dan Rasul-Nya untuk diri dan keluarga mereka.

Sebagaimana yang dilakukan Abu Bakar Siddiq RA. Dalam perjalanan hijrahnya menyertai Sang Junjungan SAW.

Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta ta`atlah; dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu.
Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya maka mereka itulah orang-orang yang beruntung. (At-Taghabun: 16).

πŸ“šKelima, Mughalabatul Idzar (mengalahkan udzur).

Perindu surga yang sungguh-sungguh tidak akan mudah dikalahkan oleh berbagai rintangan. Ia tak pernah lemah dengan tugas-tugas yang dipikulnya.

Bahkan ia akan terus berupaya memikul tanggung jawabnya. Tak pernah terbetik meminta pembenaran atas kondisi lemahnya.

Ia tak juga mentolerir akan beratnya tanggung jawab tersebut. Apalagi balasan yang diberikan Allah SWT. adalah surga dan keridhaan-Nya.

Tersebut seorang sahabat Amr bin Jamuh RA. yang sangat antusias untuk mengikuti jihad.

Meskipun kakinya cacat, sehingga anak-anaknya mencegahnya. Dikhawatir kan akan memberatkan pasukan muslimin.

Namun ia tidak mau mendapatkan rukhshah meski dari kondisi fisiknya yang sedemikian.

Puasa sempurna hanya dapat dikerjakan oleh orang yang dapat mengatasi uzur (masalah) bukan pandai membuat keuzuran diri, berusaha semampu mungkin untuk terus aktif melakukannya yang terbaik.

Salah satu contoh sahabat yang bernama Amru bin Jamuh, seorang tua renta yang kakinya pincang dan matanya buta. Tatkala mendengar seruan jihad ia langsung menyatakan keinginan bergabung ke dalam barisan para mujahidin, walaupun ketiga orang anaknya melarang bapa mereka untuk ikut serta dalam jihad, dengan alasan mereka sudah mewakili keluarga dan beliau sudah sangat udzur untuk tidak ikut jihad.

Tapi apa komentarnya? Amru berkata masalahnya adalah syurga Allah. Apakah kamu wahai anak-anakku dapat memberikan jaminan syurga bagiku?

Hingga akhirnya ia mendapat restu dan doa dari Rasulullah SAW: Ya Allah masukkanlah ia ke dalam syurga dengan kakinya pincang.

Wallahua'lam bishawab.

Semoga bermanfaat.

πŸŒΏπŸŒΊπŸ‚πŸ€πŸŒΌπŸ„πŸŒ·πŸπŸŒΉ

Dipersembahkan:
www.iman-islam.com

πŸ’Ό Sebarkan! Raih pahala...

Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jadwal Sholat

Popular Posts

Label

Arsip Blog

Recent Posts

Pages

Blog Archive

Categories