Hari ini adalah hasil dari rencana kemarin, masa depan adalah rencana hari ini. Tak ada cerita masa lalu tanpa ada sejarah. Tak ada sejarah jika tak ada yang mencatat dan memberi hikmah bagi generasi yang akan datang.

Pengemis dan Akhlak Rosul

Kisah ini sangat terkenal dan sudah sering diceritakan di berbagai kesempatan, termasuk di dalam training ESQ. Kisah ini menggambarkan bagaimana tingkat keikhlasan dan pengorbanan Nabi Muhammad utusan Allah SWT untuk diteladani oleh ummatnya.
Berikut kisahnya:
Di sudut sebuah pasar di Madinah al Munawwarah, tinggallah seorang pengemis Yahudi yang tua dan buta. Setiap kali ada orang yang mendekatinya, ia selalu berkata, "Wahai Saudaraku, jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong dan dia itu tukang sihir. Apabila kalian mendekatinya, kalian akan dipengaruhinya."
Begitulah si pengemis tua tak henti-hentinya mengucapkan kata-kata itu. Mungkin rasa kebencian yang mendalam bersemayam di hatinya terhadap orang yang bernama Muhammad.
Lantas, apa yang telah dilakukan Muhammad Rasulullah SAW terhadap pengemis tadi. Rasulullah setiap pagi mendatanginya dengan membawakan makanan untuknya. Tidak hanya dibawakan, tetapi juga dikunyahkan dan disuapinya, karena pengemis buta itu sudah tua. Rasulullah mengerjakan hal itu setiap hari dengan ikhlas, tanpa berkata sepatah kata pun. Beliau diam saja, meskipun pengemis itu menjelek-jelekkan dirinya. Hal itu dilakukannya hingga Rasulullah meninggal dunia.
Setelah beliau wafat, tidak ada lagi yang membawakan, mengunyahkan, dan menyuapi makanan kepadanya. Hingga suatu hari, sahabat Abu Bakar radhiallahu anhu berkunjung ke rumah putrinya, Aisyah r.a.
Abu Bakar bertanya, "Aisyah anakku, adakah sunnah yang belum aku tunaikan?"
Aisyah menjawab, "Ayahanda, yang saya ketahui ayah adalah ahli sunnah, sehingga tidak ada sunnah yang dilewatkan kecuali satu," kata Aisyah.
"Di ujung pasar Madinah sana, terdapat seorang pengemis buta, Rasulullah biasanya setiap pagi membawakan makanan untuknya," lanjutnya.
Keesokan harinya berangkatlah Abu Bakar ke pasar Madinah. Beliau membawakan makanan untuk diberikan kepada si pengemis yang berada di sudut Pasar Madinah. Ketika beliau memberikan makanan dan menyuapinya, si pengemis merasakan ada suatu yang berbeda.
"Siapakah, Saudara ini?" tanya si pengemis.
Abu Bakar menjawab: "Aku orang yang biasa memberikan makanan dan menyuapimu."
"Ah, tidak mungkin. Engkau bukanlah orang yang biasa mendatangiku. Karena yang biasa memberikan makanan padaku. Dia sangat lembut. Apabila dia datang kepadaku, maka tak perlu tangan ini memegang, juga tak perlu mulut ini mengunyah. Karena dia telah menghaluskan dengan mulutnya dan baru menyuapiku dengan tangannya sendiri."
Mendengar jawaban si pengemis, Abu Bakar tidak dapat menahan air matanya. Abu Bakar menangis sambil berkata, "Aku memang bukanlah orang yang biasa datang kepadamu. Aku sahabatnya, karena orang yang sering menyuapimu kini telah tiada," kata Abu Bakar.
"Siapakah, orang itu Saudara?" tanya pengemis.
"Orang yang biasa menyuapimu itu bernama Muhammad Rasulullah SAW," jawab Abu Bakar.
Begitu mendengar nama Muhammad, sungguh terkejut pengemis itu, laksana halilintar menyambar di siang bolong. Dia tidak mengira bahwa Muhammad yang selama ini ia caci-maki, ia jelek-jelekkan di hadapan semua orang di pasar Madinah itu, dan dia tidak pernah marah sedikitpun, ternyata dialah yang selama ini memberinya makan, bahkan mengunyah dan menyuapinya dengan tangannya sendiri. Dia tak pernah mengharapkan balas budi.
"Kalau demikian, oh... alangkah celakalah diriku selama ini..." kata pengemis itu.
Rasa penyesalan dan haru-biru yang mendalam dirasakan pengemis buta itu dan akhirnya ia menyadari kesalahannya. Di hadapan Abu Bakar ra, si pengemis buta yang tua itu langsung mengucapkan syahadat, masuk Islam karena kemuliaan akhlak Rasulullah SAW.
Itulah keteladanan akhlak yang ditunjukkan Rasullullah SAW. Beliau beramal dengan ikhlas, semata-mata karena Allah SWT. Tak terbesit sedikitpun keinginan untuk mendapat sebuah balas budi, apalagi sanjungan. Bahkan sebaliknya, ejekan yang tidak sepantasnya beliau terima dengan kesabaran, hingga beliau wafat.
Bisakah kita mencontoh kemuliaan akhlaknya...?
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jadwal Sholat

Popular Posts

Label

Arsip Blog

Recent Posts

Pages

Blog Archive

Categories