Hari ini adalah hasil dari rencana kemarin, masa depan adalah rencana hari ini. Tak ada cerita masa lalu tanpa ada sejarah. Tak ada sejarah jika tak ada yang mencatat dan memberi hikmah bagi generasi yang akan datang.

Tips Menghapal Al-Qur’an ala Ustad Adi Hidayat

Pertanyaan:

Ustad bagaimana menghapalkan ayat-ayat Al-Qur’an yang mudah?


Dijawab:

Pertama, tingkatkan taqwa pada Allah azza wa jalla. Saya tidak akan menyebutkan tentang metode. Sebab sehebat apapun metode menghapalkan Al-Qur’an, semudah orang tersenyum misalkan. Sudah senyum-senyum tapi ngga hapal-hapal. Maka bukan salah metodenya mungkin pendekatan kita yang salah. Maka solusinya adalah dekati Allah subhanahu wa ta’ala yang punya Al-Qur’an. Karena Al-Qur’an bukan makhluk melainkan kalam Allah.

Yang kedua, ikhlaskan niat.

Yang ketiga, yakinkan pada diri kita bahwa kita sanggup menghapalkannya dengan izin Allah.

Yang keempat, mulai berikhtiar, lihat rekamannya tentang bagaimana manhaj menghapal Al-Qur’an. Bukan suatu kebanggaan untuk riya atau ujub seorang bias menghapalkan Al-Qur’an dengan ayat dan nomornya. Kami katakana tidak. Banyak orang bias melakukannya. Ini hanya untuk kemudahan saja.

Pesan saya kepada bapak ibu yang ingin anak-anaknya menghapalkan Al-Qur’an bahwa jangan cita-cita ibu menghapal Al-Qur’an untuk menjadi hafidz. Salah satunya karena itu akan mengurangi keikhlasan. Maka bila ingin menghapalkan Al-Qur’an, hapalin saja nanti terserah Allah akan dikasih berapa.

Bahkan ada yang dibuat tidak hapal-hapal dalam waktu yang lama. Si fulan misalnya, dalam satu jam hapal, tapi yang lain, sudah 10 hari belum hapal-hapal.

Ada sebuah penemuan bagus tentang bagaimana menghapal Al-Qur’an tapi tidak harus hapal.

Lalu untuk apa menghapal? Untuk menghadirkan nilai-nilai Al-Qur’an dalam kehidupan.

Lihat surat Fatir (35): 32-33
Kalo Allah berkehendak kita dijadikan hapal, jika tidak maka kita akan diberikan sebahagiannya yang cukup untuk kita.

Dan bila Allah berkehendak (menjadikan kita hapal Al-Qur’an) maka akan dijadikan manusia ke dalam tiga golongan:
1. Orang yang zalim terhadap dirinya sendiri. Itu yang (punya) salah niat di awalnya. Jangan dikira semua penghapal Al-Qur’an itu baik. Ada yang penipu itu ada, ada yang pendusta, macam-macam. Hapal ayatnya tapi korupsi juga. Saat korupsi sedang tidak ingat ayatnya setelah ditangkap baru ingat lagi.
2. Muqtashid (orang yang pertengahan).  Orang yang hapal Al-Qur’an bagi dirinya sendiri saja bukan untuk orang lain. Dia biasa mojok di masjid, buka-buka mushaf, ulang-ulang.
3. Dan yang terbaik adalah saabiqun bil khairat,  yang bisa berbagi kebaikan dari nilai-nilai Al-Qur’an yang dimaksud. Dan itu yang harus kita cemburui.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda dalam hadits At-Tirmidzi 2510:

“Tidak boleh hasad kecuali pada 2 golongan:
1. Seorang pria yang diberikan Al-Qur’an/hikmah dan setiap hari ia praktekkan.
Sebuah kisah: Muadz (seorang anak) berusia 4 tahun berkeinginan kuat untuk hapal Al-Qur’an dan pada akhirnya ia bias hapal. Ia ditanya apa motivasinya menghapal? Ia menjawab,” Saya berusaha membawanya kehadapan Allah subhanahu wa ta’ala di hari hisab. Saaat saya tidak ditemani siapapun. Tangan saya bergetar, kaki saya bergetar, akan saya katakan di hadapan Allah. Ya Allah jika kedatangan saya masih membawa dosa yang layak dihukum. Maka saya berusaha hapal Al-Qur’an dalam keadaan mata saya buta. Tolong kurangi hukuman saya dengan Al-Qur’an yang saya bawa ini.

Padahal dia sendiri belum baligh, belum takyif dan belum layak dihukum. Ada orang yang bias melihat maka perlu berapa lama lagi untuk termotivasi menghapal Al-Qur’an.

Ditranskrip dari ceramah ustad Adi Hidayat, Lc. MA. -Hafizhahullah. 

Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jadwal Sholat

Popular Posts

Label

Arsip Blog

Recent Posts

Pages

Blog Archive

Categories