Da'wah ini adalah proyek Allah, dan kita hanyalah pelaksana saja. Pertama-tama yang harus diraih adalah kemenangan menurut penilaian Allah. Mengutip perkataan Imam Ahmad bin Hambal yang mengatakan bahwa definisi kemenangan itu adalah _‘Maa luzumul- haqqu qulubana’_, artinya: ‘Selama kebenaran masih tetap kokoh di dalam hati kita.” _Luzumul-haq fi qulubina,_ itulah kemenangan. Itulah _intishar._ Itulah keberhasilan.
Dalam percaturan, pertempuran, apakah _ma’rakah siyasiyah, ma’rakah fikriyah,_ atau _ma’rakah intikhabiyah,_ bentuknya apakah Pilkada di Kabupaten, Kota, Provinsi, Pemilu Nasional, Legislatif atau Presiden, pertama-tama yang harus diraih adalah kemenangan menurut penilaian Allah.
_In sya' Allah,_ jika kita dinilai Allah sebagai pemenang, Allah akan memberikan kemenangan yang dinilai oleh manusia. Itu rumusan dasar yang harus kita pegang. Jangan sampai target kemenangan-kemenangan Pilkada atau Pemilu nasional membuat kita kalah menurut perhitungan Allah SWT. Kalah karena godaan-godaan jabatan jadi gubernur, bupati, walikota, bahkan presiden. Menang menurut manusia, kalau kemudian dalam posisi itu adalah hasil kecurangan, kezaliman dan ketamakan, maka _maghlub ‘indallah,_ itu kalah menurut Allah.
Sebab ada _inkhila-ul-haq minal-qalb,_ tercabutnya kebenaran dari hati. Tercerabutnya amanah dari hati. _Inkhila-ul- shidq,_ tercerabutnya kejujuran dari hati. Itu adalah kekalahan di sisi Allah. Tentu semua itu tidak kita inginkan. Karena itu kader-kader yang sudah memasuki lembaga-lembaga negara, yang jadi gubernur atau wagub, atau walikota, atau wakil, agar mempertahankan kemenangan di sisi Allah dalam posisi itu. Agar tetap _mustahiq_ (berhak) mendapatkan kemenangan berikutnya di arena perjuangan dan pergaulan antar manusia.
_"Hasbunallah wa ni'mal- wakil ni'mal-maula wa ni'man-nashir"_
“Cukuplah ALLAH sebagai penolong kami, dan ALLAH adalah sebaik-baik pelindung”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar