Sambungan dari Part 1:
https://m.facebook.com/groups/488655531196343?view=permalink&id=2656937187701489
“Ayah, tabungan kita habis, keuangan kita bulan depan defisit loh, boleh ngutang kantor gak Yah?” Keluh istriku sambil menyodorkan indomie rebus double pake telur kesukaanku.
“Iya nti tak tanyain.” Jawabku sambil nyruput mie rebus, pura pura tenang padahal dalam dada ini bergemuruh bingung.
“Jangankan kok ngutang, lha wong kasus hilang barang 30 juta yang kemarin aja belom diganti, gimana mau critanya ngajuin pinjeman?” Batinku.
Malam itu Saya terbangun. Tepat jam 1 malam. Masih tetap kepikiran masalah devisit keuangan. Iseng ambil remot, nyetel TV. Channel yang muncul Rodja TV. Acaranya membahas hadist Rasulullah, menceritakan kisah Nabi Muhammad SAW dan sahabatnya Abu Bakar r.a yang dikepung di sebuah goa oleh tentara kuraisy. Saat itu dicritakan Abu Bakar gemetar ketakutan. Takut ketahuan dan dibunuh oleh para kafir kuraisy. Kemudian Rasulullah berkata “Apabila ada 2 orang mukmin dan yang 1 nya lagi adalah Allah SWT menemani mereka, apa lagi yang kamu khawatirkan?”.
Seketika mata saya terbelalak, hilang ngantuknya, dan seolah olah ngerasa Rasulullah sedang berbisik ke telinga Saya. Apa yang saya khawatirkan lagi? Ketika kita sudah taat dan istiqomah beribadah sebagai seorang mukmin dan dekat kepada Allah.
Air mata mulai mrebes mili, merembes keluar, langsung saya berdiri, ambil air wudlu dan sholat tahajud. Mau curhat dan pasrah, menunggu keputusan Allah saja.
Setelah beberapa hari mulai fokus ibadah, alhamdulillah, muncul masalah baru. Dalam perjalanan pulang kerja, dapat telpon dari Bos bahwa bulan depan rencananya Saya akan di Demosi balik menjadi Supervisor karna dinyatakan kurang mampu menjadi Kacab di perusahaan ini, Saya hanya tersenyum saja dan mengucap terimakasih.
Setelah tutup telpon, saya pinggirkan mobil. Sandarkan punggung, Istighfar berkali kali. Kemudian Saya scroll kontak di HP dan berhenti di nama “Ibuku”. Gak tau kenapa, mendadak kangen sama Ibu dan pengen telpon, ingin tau kabarnya di Semarang.
“Assalamualaikum Nang. Ada apa lik? Ibu masih pengajian” Ternyata kakakku yang angkat telponnya.
“Alhamdulillah baik Mbak. Gimana kabar Ibu, Sehat?”
“Ibu Sehat, oh ya, kemarin sempet ngrasani (ngomongin) kamu lho. Denny kapan pulang ke Semarang ya? Sudah 10 tahun merantau, terakhir pulang 3 tahun yang lalu. Jarang pulang. Gitu kata Ibu.”
Mak deg. “Halo, halo, Nang.” Masih terdengar suara Kakak di telpon, tapi tidak Saya hiraukan, langsung tutup HP nya, putar stir dan tancap gas menuju rumah.
“Alhamdulillah baik Mbak. Gimana kabar Ibu, Sehat?”
“Ibu Sehat, oh ya, kemarin sempet ngrasani (ngomongin) kamu lho. Denny kapan pulang ke Semarang ya? Sudah 10 tahun merantau, terakhir pulang 3 tahun yang lalu. Jarang pulang. Gitu kata Ibu.”
Mak deg. “Halo, halo, Nang.” Masih terdengar suara Kakak di telpon, tapi tidak Saya hiraukan, langsung tutup HP nya, putar stir dan tancap gas menuju rumah.
Sesampainya di rumah, Saya tarik tangan istri, ajak ke meja makan untuk rembukan.
“Bunda, setuju gak kalo kita pulang aja ke Semarang? Kita lepas rumah ini, operkredit ke orang lain, trus cari kerja di Semarang aja.”
Aku buka wacana pembicaraan. Kemungkinan besar Istriku menolak ide ini, pikirku. Karena sudah 6 tahun kami menetap di Makassar, pasti tidak mudah untuk secepat kilat, dadakan meninggalkan Kota ini, balik ke kampung halaman.
Sejenak Istriku diam. Kemudian dia menjawab. “Secepatnya aja ayah. Bunda juga ingin segera lepas dari jerat riba ini. Sementara kita mulai istiqomah ibadah, tapi dosa riba terus mengalir mengikut amalan kita.”
Masha Allah, Alhamdulillaah. Ucapan istriku sempat membuatku kaget dan trenyuh. Kok sehati rupanya. Mungkin ini adalah signal petunjuk dari Allah SWT untuk kami bisa lepas dari jerat riba.
“Tapi nyari kerja di Semarang ga mudah loh Bunda, Konsekwensinya ayah akan susah nyari posisi terakhir disini. Jangankan Kacab, Supervisor aja susah, karna di Semarang untuk posisi SPV pasti banyak yang booking. Ga pa?” Tanyaku.
“Ga pa Ayah. Apapun kerjaan di Semarang asalkan bisa lepas dari riba ini. Lagian Ayahkan juga pengen deket sama Ibu. Dah 10 tahun ninggalin Semarang kan.” Jawab Istriku seolah olah paham betul isi hati ini.
Masha Allah, Alhamdulillaah. Ucapan istriku sempat membuatku kaget dan trenyuh. Kok sehati rupanya. Mungkin ini adalah signal petunjuk dari Allah SWT untuk kami bisa lepas dari jerat riba.
“Tapi nyari kerja di Semarang ga mudah loh Bunda, Konsekwensinya ayah akan susah nyari posisi terakhir disini. Jangankan Kacab, Supervisor aja susah, karna di Semarang untuk posisi SPV pasti banyak yang booking. Ga pa?” Tanyaku.
“Ga pa Ayah. Apapun kerjaan di Semarang asalkan bisa lepas dari riba ini. Lagian Ayahkan juga pengen deket sama Ibu. Dah 10 tahun ninggalin Semarang kan.” Jawab Istriku seolah olah paham betul isi hati ini.
Bismillah, malam itu juga kami mengiklankan rumah kami dengan konsep oper kredit. Kami hanya minta uang kembali 170 juta, dan pembeli bisa meneruskan kredit kami. Perjanjian didepan notaris.
Beberapa orang sudah mulai merespon tapi ga ada satupun yang deal. Ternyata gak segampang dan semulus yang kami perkirakan.
Sudah 2 minggu berlalu.
Tiba tiba ada satu satunya (mohon maaf) sodara non muslim, Chinese yang datang ke rumah tertarik untuk melihat lihat rumah. Sepertinya dia mencari rumah untuk Ibunya. Obrolan serius terjadi, dan deal. Dengan perjanjian 170 juta di bagi dua. 80 juta cash dimuka dan yang 90 jutanya di cicil 2 juta per bulan sampai lunas. Oke, setuju. Keesokan harinya kami bersama sama didepan notaris menandatangni perjanjian jual beli rumah. Alhamdulillah wasyukurillah Allah menunjukan jalan melepas riba ini.
Saya langsung ke kantor tempat bekerja untuk pamit resign. Mobil, laptop dan HP inventaris saya kembalikan. Malam itu juga kami packing. Semua barang barang kami kemas rapi pakai dus dan karung beras untuk diangkut menggunakan jasa expedisi kirim ke Semarang.
Rencananya kami akan tinggal di rumah Adik. Kebetulan dia punya rumah 2, rumahnya baru aja selesai dikontrak orang dan gak perpanjang.
Dia bilang, “Mas, pokoknya selama Mas Denny blom bisa beli rumah, rumah ini tempatin aja. Jangan keluar rumah kalo belum beli rumah.” Begitu pesan adik Saya, melegakan.
Tepatnya awal bulan Januari 2016, kami sekeluarga, Saya, Istri, Ibu mertua dan si kembar, Pindah domisili pulang ke Semarang. Mengawal hidup baru pasca berhasil melepas riba.
Posisi awal kami di Semarang adalah: Pengangguran, Tabungan hasil jual rumah ada hanya saja untuk kebutuhan hidup sekeluarga selama mencari kerja di Semarang, Homeless, Ga punya rumah, rumah nebeng punya Adik dan barang kepunyaan tinggal perabotan rumah. Sedangkan motor Beat dan Vespa matic kami obral jual murah buat biaya kepindahan sekeluarga.
Nah kalo kita cermati kejadian tiap kejadian diatas. Begitu hebatnya Allah menseting dengan mudahnya tanpa sekalipun kami sadari:
1. Tidak satupun sodara muslim yang deal ambil oper kredit dari kami, malah sodara non muslim yang berbeda keyakinan yang satu satunya deal. Artinya Alhamdulillah kami mengoper riba bukan ke sodara sesama muslim.
2. Pas dimana kami butuh tempat tinggal di Semarang, Pas rumah Adik Saya nganggur tidak diperpanjang kontrak sama orang lain. Artinya Alhamdulillah, tempat tinggal sudah disiapkan begitu kami menginjakkan kaki ke Semarang. Tanpa keluar biaya sepeserpun.
3. Begitu lancarnya proses deal jual rumah. Uang 80 Juta dari jual rumah, kami pergunakan untuk perjalanan, mengangkut barang barang, bayar sisa sisa hutang dan biaya hidup selama nganggur mencari kerja di Semarang.
4. Allah yang maha mebolak balikkan hati hambanya. Allah yang membuat hati istri sejalan dengan pemikiran Saya. Karna dalam posisi ini saya paham betul bahwa sangat rentan terjadi perbedaan pikiran dan pendapat berujung ke perpisahan. Gimana nggak, Saya ajak miskin dia, diajak kembali ga punya apa apa, tapi Alhamdulillah kami sepemahaman dan sepakat.
Bisa kita lihat betapa Allah memudahkan urusan hambanya yang ikhlas Lillahita’ala ingin hijrah ke jalan nya, jalan yang diridhoi, jalan yang lurus. Kami ga perlu berfikir keras mengenai bagaimana dan bagaimana dan bagaimana. Semua Allah yang atur dan arahkan.
1. Tidak satupun sodara muslim yang deal ambil oper kredit dari kami, malah sodara non muslim yang berbeda keyakinan yang satu satunya deal. Artinya Alhamdulillah kami mengoper riba bukan ke sodara sesama muslim.
2. Pas dimana kami butuh tempat tinggal di Semarang, Pas rumah Adik Saya nganggur tidak diperpanjang kontrak sama orang lain. Artinya Alhamdulillah, tempat tinggal sudah disiapkan begitu kami menginjakkan kaki ke Semarang. Tanpa keluar biaya sepeserpun.
3. Begitu lancarnya proses deal jual rumah. Uang 80 Juta dari jual rumah, kami pergunakan untuk perjalanan, mengangkut barang barang, bayar sisa sisa hutang dan biaya hidup selama nganggur mencari kerja di Semarang.
4. Allah yang maha mebolak balikkan hati hambanya. Allah yang membuat hati istri sejalan dengan pemikiran Saya. Karna dalam posisi ini saya paham betul bahwa sangat rentan terjadi perbedaan pikiran dan pendapat berujung ke perpisahan. Gimana nggak, Saya ajak miskin dia, diajak kembali ga punya apa apa, tapi Alhamdulillah kami sepemahaman dan sepakat.
Bisa kita lihat betapa Allah memudahkan urusan hambanya yang ikhlas Lillahita’ala ingin hijrah ke jalan nya, jalan yang diridhoi, jalan yang lurus. Kami ga perlu berfikir keras mengenai bagaimana dan bagaimana dan bagaimana. Semua Allah yang atur dan arahkan.
Inilah tips paling utama untuk bisa lepas dari jerat riba, cuman ada 2 yaitu niat dan memulainya. Just like that? Ya... gitu aja. Gada strategi yang aneh aneh lainnya. Mulai jauhin deh, dan kita tinggal ngikuti alurnya aja. Yang jelas jangan takut kelaparan, jangan takut nanti makan apa? Nanti kerja dimana? Dapat uang dari mana? Tinggal dimana? Nanti kalo begini gimana? Nanti kalo begitu gimana? Hadeeeghh.
Stop!! “Jangankan cuman ngatur hidup seorang Denny, ngatur seluruh alam semesta aja kecil bagi Nya,” kata Ustad YM lagi .
Demi Allah, Dia sudah menjamin semua itu jauh sebelum kita dan keluarga dilahirkan.
Pernah dengar cerahmahnya UAS “Orang yang taat ibadah apabila kena musibah atau cobaan, sekalipun berat, akan dimudahkan dalam melaluinya. Tau tau beres aja, padahal ibarat kata dia baru aja melewati lobang jarum.”
Pernah dengar cerahmahnya UAS “Orang yang taat ibadah apabila kena musibah atau cobaan, sekalipun berat, akan dimudahkan dalam melaluinya. Tau tau beres aja, padahal ibarat kata dia baru aja melewati lobang jarum.”
Nah, setelah seminggu kangen kangenan dengan Ibu tercinta, sanak sodara, teman teman dan handai tolan di Semarang, tiba saatnya mencari pekerjaan untuk menopang biaya hidup.
Sesuai yang saya prediksi sebelumnya, susah banget mencari kerja untuk posisi SPV apalagi kepala cabang dibidang marketing consumergoods yang selama ini Saya geluti. Boro boro posisi atas, posisi MD (Mechandise) dibawahnya SPV masih dibawahnya lagi aja Saya ga ketrima. Beberapa kali Saya interview dapet loker dari koran Suara Merdeka hari sabtu, dengan harapan ditrima untuk posisi apapun yang penting marketing, tetep gak ada yang tembus. Mungkin mereka ngeper lihat CV yang Saya lampirkan.
Berikutnya Saya coba kirim lamaran Blast. Asal ada gedung kantor berdiri, Saya masukkan lamaran, titip satpam. Ternyata responnya cukup memuaskan, dari 25 lamaran yang Saya sebar, hanya 1 yang manggil interview. Posisi Salesman.
Setelah melewati proses tes tertulis dan interview HRD, Saya di arahkan ke ruangan Kacab untuk proses interview terakhir. Begini kira kira interviewnya...
“Posisi terakhir Anda di perusahaan lama sebagai Kacab ya.” Nanyanya sambil agak nunduk tapi mata menatap tajam ke arah Saya, dengan kacamata diplorotin sampe ujung hidung.
“Nggih Pak.”
“Dapat inventaris mobil apa?”
“Inova Pak.”
“Lha disini saat ini yang ada hanya lowongan posisi Salesman dan harus kelilingan naik motor, apa Anda bisa?”
“Insha Allah bisa Pak. Dulu kan Saya juga memulai dari Salesman, naiknya motor. Mohon Bapak kasih kesempatan buat Saya menunjukan kinerja Saya Pak.” Jawabku mengiba.
“Nggih Pak.”
“Dapat inventaris mobil apa?”
“Inova Pak.”
“Lha disini saat ini yang ada hanya lowongan posisi Salesman dan harus kelilingan naik motor, apa Anda bisa?”
“Insha Allah bisa Pak. Dulu kan Saya juga memulai dari Salesman, naiknya motor. Mohon Bapak kasih kesempatan buat Saya menunjukan kinerja Saya Pak.” Jawabku mengiba.
Alhamdulillah aku ditrima dengan standart gaji UMR Semarang plus tambahan sewa motor dan uang makan, total total takehomepaynya 2,8 jutaan. Sebuah angka yang jauh dibandingkan gaji terakhirku waktu di Makassar sebagai Kacab. Tapi Barakallah, kami terbantu dengan adanya cicilan 2 juta per bulan dari yang beli rumah. Dan biaya hidup di Semarang juga cukup murah sehingga keuangan rumahtangga dalam posisi yang pas, cukupan, gak kekurangan tapi juga gada kelebihan untuk ditabung. Hanya sebatas cukup saja.
Setelah 7 Bulan bekerja sebagai salesman, Saya diangkat menjadi SPV dikarenakan ada salah satu SPV yang resign dan menurut Kacab, Sayalah yang saat itu paling capable untuk menggantikan posisinya. Namun hanya bertahan 3 bulan. Saya memutuskan resign. Bukannya tidak betah, Saya sangat menikmati pekerjaan dan kekompakan baik teman sesama SPV maupun team divisi Saya. Hanya saja Saya menemukan adanya manipulasi klaim nota nota operasional, dari jajaran Salesman hingga ke SPV. Bahkan Admin keuanganpun ikut menutupi praktik korupsi berjamaah itu. Hati Saya berat untuk meneruskan pekerjaan ini. Bagaimana tidak, Saya juga yang menandatangani nota nota fiktif milik team Saya dan secara tidak langsung ikut mengamininya.
Saya pamit secara baik baik kepada Kacab dengan alasan ingin membantu usaha sodara. Tanpa Saya bongkar praktik manipulasi keuangan operasional didalam perusahaan itu.
Berselang 2 minggu menganggur, Saya diajak sodara sepupu untuk jadi sopir pribadinya.
“Dah, dari pada nganggur, ikut kerja sama aku, sementara nemenin keliling keliling nti tak gaji 2 juta per bulan, mau nggak? Dari pada nganggur kan?” Bujuknya
Saya tidak punya pilihan lain. Jadi sopir pribadinya, sekaligus jadi manager di restorannya. Ngatur karyawan, pembukuan keuangan, menghitung margin restoran, mengamankan uang penjualan sekaligus setor pajak restoran. Pokoknya semua semua Saya kerjakan.
Berselang 2 minggu menganggur, Saya diajak sodara sepupu untuk jadi sopir pribadinya.
“Dah, dari pada nganggur, ikut kerja sama aku, sementara nemenin keliling keliling nti tak gaji 2 juta per bulan, mau nggak? Dari pada nganggur kan?” Bujuknya
Saya tidak punya pilihan lain. Jadi sopir pribadinya, sekaligus jadi manager di restorannya. Ngatur karyawan, pembukuan keuangan, menghitung margin restoran, mengamankan uang penjualan sekaligus setor pajak restoran. Pokoknya semua semua Saya kerjakan.
Masih teringat, setiap jam 7 pagi, nyuci mobilnya sambil tertawa kecil sendiri, mantan kepala cabang yang dulunya dari satpam, sopir, salesman, kolektor dan staf kantor hormat semua, eh sekarang asik nyuciin mobil orang.. hehehe. Pulang tidak pernah kurang dari jam 10 malam. Karna dari Salatiga saja jam 9 malam setelah selesai tutup resto. Berangkat kerja dari rumah jam 6.30 pagi. Jarang sekali bertemu anak anak untuk main kuda kudaan atau sekedar ngeliatin mereka lompat lompatan di kasur.
Ya Allah... kalau memang ini jalan dari Mu, hamba benar benar syukuri, dan jika ini merupakan hukuman atas dosa riba dari Mu, hambamu ini dengan senang hati menikmati masa masa penebusan dosa ini.
Tapi tiap pagi Saya tetap browsing di Jobstreet, setelah sholat duha 2 rokaat dan setelah mobil Bos bersih mengkilap.
Hmm... Alhamdulillah akhirnya setelah 3 bulan, ada panggilan dan lagi lagi satu satunya dari sekitar 50 perusahaan yang Saya aply.
Saya resmi ditrima bekerja pada tanggal 9 April 2018. Perusahaan tempat Saya bekerja hingga saat ini. Sebagai Area Marketing Manager. Handle Jateng – DIY, dengan salari yang menurut Saya sedikit lebih dari cukup. Maksudnya setelah untuk kebutuhan keluarga masih ada sisa dikit untuk ditabung.
Alhamdulillah... Allah angkat kembali derajat kami. Insha Allah kami mulai menjauhi titik nol dan berjuang tetap Istiqomah di jalan Allah.
Ada teman yang bilang, kenapa ngga ditabung uang hasil jual rumah? Kembali Saya jelaskan bahwa Allah tuh memiskinkan para pelaku riba. Semua uang hasil jual rumah habis bis untuk biaya pindah, bayar utang dan kebutuhan sehari hari. Jadi sama sekali tidak berbekas. Cicilan 2 juta per bulan yang dari sisa pembayaran jual rumah saja kadang bisa di tabung, kadang enggak. Tergantung kebutuhan di bulan berjalan.
Ada teman yang bilang, kenapa ngga ditabung uang hasil jual rumah? Kembali Saya jelaskan bahwa Allah tuh memiskinkan para pelaku riba. Semua uang hasil jual rumah habis bis untuk biaya pindah, bayar utang dan kebutuhan sehari hari. Jadi sama sekali tidak berbekas. Cicilan 2 juta per bulan yang dari sisa pembayaran jual rumah saja kadang bisa di tabung, kadang enggak. Tergantung kebutuhan di bulan berjalan.
Tapi satu hal yang menurut Saya diluar nalar dan fikiran awam. Jaman masih main riba gaji tinggi, tapi hidup gak tenang dan setiap akhir bulan selalu kekurangan. Di Al Quran Saya pernah baca kalau tidak salah disebutkan bahwa berdirinya pelaku riba seperti orang gila. Dan itu memang benar benar Saya alami. Berbanding terbalik dengan kondisi saat ini dimana Alhamdulillah kami sudah lepas sepenuhnya riba, sudah tidak punya hutang, hidup tenang, gaji pas pas an tapi kok ya tidak pernah kekurangan. Selama awal awal berjuang di Semarang, Alhamdulillah tidak pernah sekalipun istri mengeluh devisit anggaran rumah tangga. Anak anak tidak sampai tidak bisa beli susu, popok, mainan, cemilan pilus garuda dan wafer tango kesukaan mereka atau Roket Chicken yang rasanya mirip mirip ayam McD pun kebeli.
Bundanya anak anak pernah nyeletuk, “Biasanya kita malem mingguan di Pizza hut, di solaria atau di McD tinggal pilih..., sekarang mau beli martabak keju aja mikir ya Yah.” Dikikuti ketawa kami berdua.
Tapi Hati tenang, tidak punya hutang, apa yang kita belum punya tapi ingin sekali dimiliki, tinggal minta. Kalo perlu lewat jalur kilat, Sholat tahajut dan Duha.
Ya, tugas kita memang sebetulnya cuman minta. Banyak orang keblinger sibuk memikirkan caranya mendapatkan apa yang dia inginkan, tapi melupakan syarat utamanya yaitu meminta. Trus Kapan memintanya? Afdolnya sehabis Sholat 5 waktu atau sholat sunah lainya. Kan Iyyakana’budu wa iyya kanasta’in. Hanya kepadaMu kami menyembah dan hanya kepadaMu kami meminta. Gak afdol dong kalo hanya meminta tapi lupa menyembah.
Doa sehabis sholat duha kan bagus juga tuh, Ya Allah jika rejekiku di atas langit maka turunkanlah, jika didalam bumi maka keluarkanlah, jika sulit mudahkanlah, jika haram sucikanlah. Tapi doa nya Sholat duha kalo dibaca tanpa di awali Sholat nya dulu, kan jadi ga afdol.
Allah SWT kan maha pemalu untuk tidak memberi ketika hambanya menengadahkan tangan untuk meminta kepadaNya.
Insha Allah semoga kisah nyata ini dapat memberikan pelajaran berharga untuk Saya sendiri khususnya dan buat temen temen dekat Saya yang belum juga ngeh padahal hidupnya sudah dijadikan berantakan semenjak mulai bermain riba.
Ada juga temen deket yang bilang “Aku kredit motor kan buat kerja Ojol, yang penting halal dan menurut aku ini bukan riba, aku anggap ini hanya sebagai uang sewa motor pemakaian harian aja.”
Oh, Oke. Aku males berdebat, memang kitakan dianjurkan untuk menghindari perdebatan, selain itu Saya juga ga jago dalam perdebatan.
Saya cuman bisa batin “Kalo gitu, knapa kamu gak sekalian bikin agama sendiri aja, wong tuntunan dari Allah kok di belak belokkan seenaknya sendiri.”
Sekian dari Saya. Mohon maaf apabila ada kekurangan dalam penulisan. Insha Allah tidak ada unsur riya. Semoga jadi pelajaran buat kita semua khususnya Saya pribadi. Aamiin.
Marurnuwuun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar