SUATU ketika datang seseorang kepada Hasan al Bashri. Dia mengadu soal masa paceklik yang menimpa wilayahnya. Sang ulama lantas berkata kepadanya, "Beristighfarlah kepada Allah."
Selang beberapa saat, datang seseorang lagi. Dia mengeluhkan kemiskinan yang menghimpitnya. Hasan pun berkata yang sama, "Beristighfarlah kepada Allah."
Datang lagi laki-laki lain yang meminta, "Doakanlah aku, agar Allah memberiku anak." Lagi-lagi jawaban Hasan tak berubah, "Beristighfarlah kepada Allah."
Masih ada laki-laki lain yang berkonsultasi. Kali ini dia mengeluhkan kebunnya yang mengalami kekeringan. Jawaban Hasan persis sama "Beristighfarlah kepada Allah."
Rupanya ada orang yang mangamati peristiwa di atas. Ia merasa heran, ditanya macam-macam jawabannya sama. Ia lantas bertanya kepada Hasan, "Beberapa orang datang kepadamu mengeluhkan berbagai macam, tetapi engkau menyuruh mereka melakukan hal yang sama. Membaca istighfar. Bagamaimana ini?"
Hasan menjawab, "Aku sama sekali tidak mengatakan apapun dari diriku, selain itu firman Allah." Hasan, sebagaimana dikutip al-Qurthubi dari Ibnu Shabib, lalu menyitir ayat al-Qur`an yang artinya:
ﻓَﻘُﻠْﺖُ ﺍﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُﻭﺍ ﺭَﺑَّﻜُﻢْ ﺇِﻧَّﻪُ ﻛَﺎﻥَ ﻏَﻔَّﺎﺭﺍً
ﻳُﺮْﺳِﻞِ ﺍﻟﺴَّﻤَﺎﺀ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢ ﻣِّﺪْﺭَﺍﺭﺍً
ﻭَﻳُﻤْﺪِﺩْﻛُﻢْ ﺑِﺄَﻣْﻮَﺍﻝٍ ﻭَﺑَﻨِﻴﻦَ ﻭَﻳَﺠْﻌَﻞ ﻟَّﻜُﻢْ ﺟَﻨَّﺎﺕٍ ﻭَﻳَﺠْﻌَﻞ ﻟَّﻜُﻢْ ﺃَﻧْﻬَﺎﺭﺍً
"Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai." (QS: Nuh {71}: 10-12)
Benar, istighfar artinya meminta ampun. Tentu saja minta ampun terhadap segala dosa. Kita dianjurkan memperbanyak istighfar. Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassallam sendiri senantiasa beristighfar.
Dalam riwayat Muslim, Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassallam tak kurang seratus kali beristighfar tiap hari. Dalam riwayat lain, disebut tujuh puluh kali. Itu Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassallam, yang sudah dijamin masuk surga. Bagaimana dengan kita?
Mestinya lebih banyak. Manusia adalah tempatnya dosa. Tidak ada manusia tanpa dosa. Kadarnyalah yang berbeda-beda. Tapi dosa kecil maupun dosa besar, sama-sama harus memperbanyak istighfar. Firman Allah yang artinya:
ﻭَﺗُﻮﺑُﻮﺍ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺟَﻤِﻴﻌﺎً ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻨُﻮﻥَ ﻟَﻌَﻠَّﻜُﻢْ ﺗُﻔْﻠِﺤُﻮﻥَ
"Dan bertaubatlah Kamu sekalian kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung." (QS: An- Nuur: 31).
Tentang dahsyatnya istighfar, dalam Musnah Abu Hanifah disebutkan sebuah riwayat dari Jabir bin Abdullah. Suatu ketika ada seseorang yang datang menemui Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassallam. Orang ini berkata, "Wahai Rasulullah, aku sama sekali belum diberi rezeki berupa anak dan aku tidak memiliki anak."
Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassallam kemudian berkata, "Dimana engekau berbanyak istighfar dan memperbanyak sedekah maka engkau akan diberi rezeki dengan lantaran keduanya."
Lelaki itu lalu memperbanyak istighfar dan sedekah. Jabir mengatakan bahwa akhirnya laki-laki itu dikaruniai Sembilan anak laki-laki. Masyaallah.
Syaikh 'Aidh al-Qarni, penulis buku super laris, La Tahzan, dalam sebuah ceramahnya bercerita. Ada seorang mandul tak punya anak. Para dokter sudah angkat tangan. Dan obat-obatan juga sudah tidak mempan lagi. Orang yang mandul itu, lalu bertanya kepada seorang ulama.
Dijawab oleh ulama, "Hendaklah engkau memperbanyak bacaan istighfar di kala subuh dan sore. Sesungguhnya Allah mengatakan perihal orang-orang yang beristighfar 'Dan membanyakkan harta dan anak-anakmu (Nuh: 10-12).'
Lelaki itu nurut. Ia memperbanyak istighfar terus menerus. Akhirnya, dengan izin Allah Subhanahu Wata'ala, dia mendapatkan keturunan yang shaleh-shaleh.
Editor: H. Dicky Aditya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar