Seorang wanita muda sedang mengandung anak kedua. Kehamilannya belum mencapai usia tujuh bulan. Suatu hari, wanita yang tengah hamil ini mencuci tiga stel pakaian ABRI milik suaminya dengan tangannya sendiri sambil duduk berjongkok. Keesokan harinya, rasa sakit yang sangat di bagian perutnya dialami sang ibu dan rasa sakit itu terus berlangsung selama tiga malam hingga akhirnya lahirlah seorang bayi perempuan dalam keadaan belum cukup bulan (pre-mature).
“Pak-Bu harus siap ya, bayinya kecil sekali (1,5 kg) sewaktu-waktu bisa meninggal dunia” itulah kurang lebih ucapan dokter di rumah sakit kepada kedua orang tua bayi itu, di sebuah kota kecil Cimahi, Jawa Barat.
Sebulan lamanya bayi prematur itu harus tidur dalam incubator (kotak kaca) dan tidur terpisah dari ibunya. Namun kondisi demikian tidaklah mengurangi kasih sayang sang ibu bahkan sifat keibuannya semakin meraja. Dengan setia, sebulan lamanya sang ibu menemani bayinya dengan hati yang penuh do’a dan asa……..harapan dan keyakinan yang sangat kuat akan kebesaran Illahi Rabbi dalam mempertahankan perjuangan hidup seorang anak manusia.
Bayi yang bertubuh sangat mungil ini mengalami penurunan berat badan menjadi 1,3 kg. Kesulitan menyusu menjadi kendala dalam pertumbuhan bayi prematur. Setiap kali disusui, bayi itu tersedak sehingga wajahnya menjadi kebiruan. Sungguh…..kepanikan yang luar biasa dialami wanita itu.
Suatu ketika wabah diare menyerang sepuluh bayi di rumah sakit tempat bayi prematur itu dilahirkan. Dari sepuluh bayi, hanya dua orang bayi yang bertahan dalam keadaan sehat wal’afiat satu di antaranya adalah bayi mungil dari ibu muda nan cantik tadi. Rupanya kebiasaan sang ibu selalu hidup rapi dan bersih menjadi kuncinya. Dia selalu mencuci dan merebus sendiri baju-baju bayi prematurnya. Dia wanita yang kuat dan tegar, tak ada kata lelah dan bermanja-manja sehabis melahirkan.
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.” (QS Al-Insyiraah : 5-6)
Mencoba dan mencoba lagi, berusaha dan terus berikhtiar….itulah yang dilakukan wanita itu. Sampai suatu ketika ia melakukan pemberian ASI (Air Susu Ibu) dengan menggunakan pipet tetes. Setetes demi setetes ASI dalam pipet mengalir dan menyambung kehidupan bayi mungil itu. Sungguh tak terbayangkan betapa luasnya samudera kesabaran, pengorbanan dan keikhlasan yang terpancar dari dalam diri wanita nan mulia itu. Bayi prematur itu perlahan-lahan tumbuh dan dapat menyamai berat bayi-bayi yang lahir normal dalam waktu tiga bulan. Subhanalloh…..
Bayi mungil itu kini telah menginjak usia 38 tahun dan telah menjadi seorang ibu dengan tiga orang anak. Bayi itu adalah aku…..
Perjuangan aku membesarkan anak-anakku tak ada nilainya dibanding perjuangan ibu membesarkan aku. Perjuangan dan pengorbanannya sungguh luar biasa dalam kondisi kedokteran yang pada saat itu masih sangat sederhana dan belum sehebat ataupun secanggih kedokteran masa kini. Ibuku seorang wanita yang hebat, kuat dan tegar. Banyak sekali ilmu dan teladan yang selalu beliau contohkan kepadaku, kepada kami anak-anaknya, dan kepada cucu-cucunya.
Abu Hurairah Radhiallu ‘anh berkata : Seorang lelaki datang menemui Rasulullah Saw dan bertanya,” Ya Rasulullah, siapakah yang paling berhak mendapat pelayananku dengan sebaik-baiknya?” Nabi Saw menjawab, “Ibumu”. Dia bertanya lagi : “Kemudian siapa lagi?” Rasulullah menjawab, “ Ibumu.” Dia bertanya lagi,” Kemudian siapa?” Nabi Saw menjawab;” Ibumu.” Dia bertanya lagi,” Kemudian siapa lagi?” Nabi Saw menjawab,” Ayahmu.” (HR Bukhari)
Ibu, aku banyak berhutang kepadamu. Aku tak tahu harus memulai dari mana. Ya Rabb bantulah aku dan bimbinglah aku agar aku tergolong ke dalam hamba-hamba-MU yang sholeha yang mampu memuliakan dan membahagiakan ibu dan ayahku dan jadikanlah surga sebagai kampung akherat kami, aamiin Allohumma aamiin.
Dalam usianya yang semakin senja, semoga ALLOH SWT selalu memberikan kenikmatan iman, Islam dan sehat kepadamu ibu dan juga ayahku. Kebahagiaan dunia dan akherat yang selalu menyertaimu, limpahan Rahman dan Rahim-NYA yang selalu bersamamu serta keberkahan dalam hidup yang selalu tercurah untukmu, ibu dan ayahku. Cinta dan do’a kami (anak-anakmu) selalu menyertaimu.
“Rabbigh-firlii wa liwaa lidayya war-ham-humaa kamaa rabbayaanii shaghiiraa”.
Artinya : Ya Tuhanku, ampunilah dosaku dan dosa kedua orang tuaku, sayangilah mereka sebagaimana mereka telah menyayangiku dan memeliharaku di waktu kecilku.
Wallohua’lam bishshowaab.
(mkd/bkk/27.08.09)
Sumber : http://www.eramuslim.com/oase-iman/cerita-dari-seorang-ibu.htm